Seputar IHAN BATAK Atau Dekke Garing. Ikan Mahseer Atau Ikan Dewa Legendaris Dari Tanah Batak
Papa Davin Project Papa Davin Project
3.2K subscribers
5,502 views
55

 Published On Mar 2, 2021

Suku Batak memang dikenal dengan ragam budaya dan adatnya yang kental. Berbagai upacara dan acara adat sering diselenggarakan oleh masyarakat Batak di manapun berada.

Dalam berbagai acara adat, lazimnya masyarakat Batak menyajikan berbagai macam makanan yang masing2 punya simbol dan fungsi tersendiri menurut penggunaannya. Dan sajian yang tak kalah penting adalah Ikan Batak Arsik. Jadi sampai saat ini Arsik merupakan salah satu sajian kuliner asli dari masyarakat Batak yang juga banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.

Pada masyarakat Batak ikan ini dinamai dengan sebutan Dekke Ihan, atau Ihan Batak atau Dekke Garing.

Ikan Batak ini sejak dulu sering dijadikan sebagai persembahan pada upacara adat. Namun, sekarang ikan ini sudah sangat jarang ditemukan bahkan mendekati punah yang selanjutnya digantikan posisinya dengan Ikan Mas.

Penting diketahui, Ikan Batak atau ihan Batak merupakan jenis ikan yang sangat legendaris dikalangan masyarakat Batak. Selain Untuk Upacara Adat, ikan Batak ini juga konon disebut sebagai makanan para raja-raja karna harganya yang sangat mahal dan sangat susah didapatkan. Bahkan KMP yang baru2 ini diresmikan di danau Toba diberi nama KMP IHAN BATAK.

Ikan Batak atau "ihan batak” adalah jenis ikan endemik yang ada disekitar perairan Danau Toba dan sungai-sungai yang ada disekitar tanah batak. Dan bagi suku batak sendiri ikan ini disebut sebagai Ihan Batak, Dekke jurung2 atau Dekke Garing.

Nama Latinnya adalah Neolissochilus thienemanni yang juga sekerabat dengan Tor.

Ikan jenis ini sebenarnya tersebar dibeberapa daerah di indonesia dan telah teridentifikasi sebanyak 6 jenis, yang terdiri dari genus Tor : yaitu,
Tor soro,
Tor tambra,
Tor tambroides, dan
Tor douronensis.

Sedangkan dari genus Neolissochillus yaitu: Neolissochillus thienemanni dan Neolissochilus sumatranus Ikan batak,

Ikan Batak yang secara umum di Indonesia disebut Sebagai ikan mahseer dan memiliki nama-nama lain di setiap daerah habitatnya
seperti: Ikan Jurung (Sumatra Utara), Ikan Kerling (Aceh), Iken Pedih (Gayo), Ikan Gariang (Padang), Ikan Semah (Palembang), Ikan dewa (Jawa Barat), Ikan Kancra bodas, Kencara (Kuningan Jawa Barat), Ikan Tambra, Tombro (Jawa), Ikan Kelah, Ikan Sultan (Malaysia), Ikan Mahseer (Internasional), dan mungkin masih banyak nama lainnya

“Ikan Batak” asli, yaitu Neolissochilus thienemanni, kini sudah tergolong langka.

Sedikitnya ada dua penyebab utama kelangkaan ikan Batak itu. Pertama, penangkapan berlebih (over-fishing), terkait nilai tinggi ikan ini dalam kehidupan sosial (adat) masyarakat Batak. Nilai komersilnya sangat tinggi Sementara pembudidayaannya belum dapat dilakukan, karena sulitnya meniru habitat asli ikan ini yaitu air sungai jernih (bersih) yang mengalir deras dari pegunungan atau di dasar danau pada suhu 20-25 derajad Celcius.

Kedua, kerusakan habitatnya akibat polusi sehingga perkembang-biakannya tersendat. Polusi sungai dan danau habitatnya terjadi akibat pembuangan limbah dan penebangan hutan di daerah hulu. Ikan ini hanya bisa hidup dan berkembang biak di perairan yang jernih dan berarus deras.

Nilai penting ikan Batak dalam masyarakat Batak tercermin dari nama “ihan” yang disematkan padanya. “Ihan” adalah ikan Batak. Ikan lainnya disebut “dengke” (ikan), seperti “dengke” jurung-jurung, (mu)jair, mas, pora-pora, sibahut (lele), dan haruting (gabus).

Ikan Batak bernilai tinggi karena memiliki fungsi sosial tinggi dalam masyarakat Batak. Secara sosiologis, jenis ikan ini dulu diposisikan sebagai “makanan raja-raja”. Maksudnya dalam konteks adat Batak, ikan ini diposisikan sebagai sajian utama “Tentu saja ikan yang disajikan sudah dimasak “arsik”, khas masakan Batak.
#ikanmahseer#ikandewa#ikansemah

show more

Share/Embed