Kasih Yang Memberi Harapan (Ratapan
Grace Alone Ministry - GRAMI Grace Alone Ministry - GRAMI
27.3K subscribers
18,095 views
307

 Published On Mar 26, 2019

Khotbah Umum 01 Januari 2017
Kasih Yang Memberi Harapan (Ratapan 3:21-24) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Ratapan 3 merupakan salah satu teks terindah. Seluruh bagian ini berbentuk akrostis. Artinya, setiap ayat dimulai dengan abjad Ibrani yang urut. Satu huruf menempati tiga ayat. Keindahan struktur ini juga dibalut dengan kosa kata dan ungkapan yang puitis dan menawan.

Sayangnya, keindahan sastra di atas tidak dibarengi dengan keindahan nasib penulisnya (Yeremia) maupun bangsa Yehuda. Puisi yang begitu indah ini justru ditulis di tengah keterpurukan Yeremia dan bangsa Yehuda. Puisi ini muncul sebagai respons terhadap pembuangan bangsa Yehuda ke Babel.

Secara pribadi situasi ini sangat berat bagi Yeremia (3:1-19). Bertahun-tahun ia memberitakan kebenaran dan peringatan ilahi, tetapi tidak ada respons positif dari bangsa Yehuda. Mereka bahkan menentang dan menganiaya Yeremia. Pada akhirnya mereka benar-benar dihukum oleh Tuhan. Yeremia mungkin merasa semua pelayanannya tidak ada hasilnya sama sekali.

Bagi bangsa Yehuda secara umum, situasi ini jelas begitu menekan. Orang-orang Yehuda yang masih tersisa di tanah perjanjian menghadapi kelaparan yang hebat. Entah berapa ribu orang yang sudah mati karena peperangan dan kelapatan. Mereka kehilangan kota Yerusalem, tanah perjanjian, dan bait Allah di dalamnya (1:1, 4, 6, 10; 2:4-5, 13). Apa yang mereka banggakan telah hilang. Lenyap sudah semua kegemilangan dan nama besar Yerusalem. Sunyi senyap tanah perjanjian ditinggalkan oleh penduduknya. Musnah sudah keindahan, kemegahan, dan kekokohan bait Allah. Bagi bangsa Yehuda, kehilangan Yerusalem, tanah perjanjian, dan bait Allah merupakan penderitaan yang tak terlukiskan. Dunia seakan-akan runtuh di depan mereka.

Sebagai bagian dari bangsa Yehuda, Yeremia memahami kepedihan yang sedang terjadi. Setiap kali ia mengingat keadaan dirinya dan bangsanya, ia selalu diliputi oleh kesedihan yang mendalam. Celakanya, ia tidak mampu mengalihkan pikirannya dari semua kemelut tersebut. Ia berkata, “Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan di dalam diriku” (3:20). Sesuai dengan perkataan TUHAN, situasi ini akan tetap berlangsung selama 70 tahun (Yer 25:11; 29:10). Sesudah lewat masa 70 tahun pembuangan ke Babel, TUHAN baru akan memulihkan keadaan bangsa Yehuda.

show more

Share/Embed