Duka Jumadi di Kerasnya Rawa Transmigrasi Kalimantan Selatan
Banjarmasin Post News Video Banjarmasin Post News Video
624K subscribers
550,406 views
3K

 Published On Jul 14, 2019

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN- Hamparan lahan sawah telihat luas di Kawasan Desa Sungaipinang, Kecamatan Tambangulang, Tanahlaut Provinsi Kalimantan Selatan. Sejauh mata memandang, kawasan tersebut hanya ditumbuhi padi dan sejumlah pepohonan.

Di antara tanaman itu, puluhan rumah berjarak ratusan meter nampak berdiri. Bangunan itu terbuat dari papan dan nampak tua. Bahkan tak sedikit bangunan yang rusak, serta tidak ditemui penghuninya.

Ya, kawasan itu merupakan lokasi UPT Transmigrasi Sungai Pinang, Desa Sungaipinang, Kecamatan Tambangulang, Tanahlaut.

Bukan hanya rumah, di kawasan itu juga terdapat masjid dan pendopo yang cukup menampung lebih dari 100 orang. Kondisinya sama, nampak tua dan rusak, bahkan tidak terawat. Begitupun dengan tulisan atau papan pemberitahuan mengenai tempat tersebut.

2008 lalu, warga transmigrasi dari Pulau Jawa dan penduduk lokal dipindahkan kepermukiman itu. Dari informasi yang di dapat, transmigrasi yang di tempatkan sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK). Mereka mendapatkan lahan untuk diolah dan rumah sebagai tempat tinggal.

2019, 11 tahun berlalu, kini tempat itu nampak tak berperan sebagai permukiman pada umumnya. Dari 100 KK yang sempat tinggal di UPT Transmigrasi Sungai Pinang ini, ternyata hanya satu KK yang bertahan. Ia adalah Jumadi dan isrti. Keduanya merupakan petani yang berasal dari Bondowoso, Jawa Timur.

Kepada Bpost, Jumadi pun menceritakan mengenai kondisi Desa Transmigrasi yang kini ia tinggali.

Dulu, ujarnya, permukiman itu sempat ramai selama kisaran tiga tahun. Namun karena warga transmigrasi tidak bisa mengolah lahan di tempat itu dan ada kendala lainnya. Sehingga mereka pun terpaksa harus pindah. Sebagian memilih kembali ke daerah mereka masing-masing. Ada pula yang hanya berpindah ke kawasan luar dan masih tinggal di Kabupaten Tanahlaut.

“Dulu, awal-awal disini rentan banjir. Kami bingung untuk mengolah lahannya. Serta ada pula kendala lainnya yang membuat warga tidak kerasan tinggal disini,” cerita Jumadi.

Ia sendiri mau tidak mau tetap bertahan di kawasan tersebut. Karena untuk pulang ke kampung halaman, Jumadi merasa tidak mampu untuk biaya kembali. Sehingga satu-satunya pilihan ialah bertahan meski hanya tinggal satu keluarganya.

Kebanjiran dulunya sering dialami oleh warga transmigrasi tersebut. Bahkan rumah pun ujar Jumadi sering terdampak.

Semenjak warga lainnya memilih pindah, ia pun pindah rumah. Hanya saja masih berada pada wilayah transmigrasi. Jumadi menempati satu bangunan yang diketahui adalah perkantoran dari UPT Transmigrasi Sungaipinang. Tempat itu ujarnya lebih aman dan tidak kena banjir.(Banjarmasinpost.co.id/ell)
#transmigrasi #banjarmasin #petani #desatransmigrasi

show more

Share/Embed