Jambore GTK Hebat 2024 II GTK Inovatif II Pembelajaran Berdiferensiasi II MARAWA Inklusif
Gita Sari Sakinah Gita Sari Sakinah
225 subscribers
374 views
314

 Published On Oct 10, 2024

MARAWA merupakan akronim dari Manajemen Ruang dan Wadah Inklusif. Marawa Inklusif merupakan sebuah transformasi pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan atau sistem yang merangkul semua orang, tanpa memandang perbedaan latar belakang, kemampuan, atau kondisi fisik maupun mental. Konsep ini menekankan pada kesetaraan dan aksesibilitas bagi semua individu.
Dalam konteks masyarakat Minangkabau, Marawa lebih dari sekadar bendera, namun menjadi simbol identitas, kebanggaan, dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun. Bendera ini terdiri dari tiga warna vertikal: hitam, merah, dan emas, masing-masing memiliki makna filosofis yang mendalam.

Skenario Video: Marawa Inklusif: Transformasi Pembelajaran di Kelas Beragam

Scene 1: Opening
Visual: Logo Kemdikbudristek, Kurikulum Merdeka, Merdeka Belajar, dan Merdeka Mengajar dengan latar belakang putih dan biru.
Voice-Over: (Tidak ada suara)

Scene 2: Cover
Visual: Judul “Marawa Inklusif: Transformasi Pembelajaran di Kelas Beragam” dengan foto Gita Sari Sakinah. Gambar bendera Marawa khas Minangkabau di kanan atas, latar biru, dan gambar siswa berkebutuhan khusus. Marawa terdiri dari warna merah (keberanian), kuning (kebijaksanaan), dan hitam (keteguhan hati). Latar biru melambangkan stabilitas, kedamaian, serta mendukung tema Jambore GTK yang mengedepankan kolaborasi dan pembelajaran berbasis digital.
Audio : Suara saluang.

Scene 3: Pendahuluan
Visual: Cuplikan awan, orang memainkan saluang, video drone Jam Gadang.
Audio : Suara saluang.

Scene 4: Interaksi Siswa
Visual: Siswa reguler dan inklusif berinteraksi di halaman sekolah.
Voice-Over: “Setiap individu berhak atas pendidikan yang layak, tak terkecuali mereka yang berkebutuhan khusus.”

Scene 5: Gambar Anak-anak
Visual: Cuplikan siswa di dalam kelas.
Voice-Over: “Komitmen ini tertuang dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi semua siswa.”

Scene 6: Perkenalan Diri
Visual: Anak-anak berkebutuhan khusus memperkenalkan diri di depan kamera.
Audio: Suara asli anak-anak memperkenalkan diri.

Scene 7: Sekolah Inklusif
Visual: Video drone SMP Negeri 6 Bukittinggi, aktivitas guru dan murid.
Voice-Over: “SMP Negeri 6 Bukittinggi melayani 586 siswa, termasuk 28 siswa berkebutuhan khusus.”

Scene 8: Penulis
Visual: Gita berdiri di depan kamera.
Voice-Over: “Hai, saya Gita Sari Sakinah, guru Pendidikan Pancasila di SMP Negeri 6 Kota Bukittinggi. Menjadi guru yang dirindukan siswa adalah impian terbesar saya.”

Scene 9: Tantangan Pembelajaran
Visual: Gita tampak serius memikirkan tantangan.
Voice-Over: “Rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan kurangnya sumber belajar menjadi tantangan.”

Scene 10: MARAWA INKLUSIF
Visual: Gita berinteraksi dengan siswa.
Voice-Over: “Ini adalah praktik baik pembelajaran berdiferensiasi pada materi 'Memahami Sikap dan Komitmen Bung Hatta sebagai Pendiri Negara'.”

Scene 11: Asesmen Diagnostik
Visual: Gita membagikan kertas origami, siswa menggunakan Quizizz.
Voice-Over: “Saya melakukan asesmen non-kognitif dengan origami dan kognitif melalui aplikasi Quizizz.”

Scene 12: Analisis dan PPI
Visual: Grafik hasil tes, Gita berdiskusi dengan sejawat.
Voice-Over: “65% siswa kurang bersemangat. Saya menyusun Program Pembelajaran Individual sebagai solusi.”

Scene 13: Kolaborasi dan Modifikasi
Visual: Gita berdiskusi dengan guru SLB, menggunakan laptop.
Voice-Over: “Kami berkolaborasi dengan SLB untuk memodifikasi modul ajar agar memenuhi kebutuhan siswa.”

Scene 14: Pelaksanaan Pembelajaran
Visual: Siswa berdoa, duduk dalam kelompok, berdiskusi.
Voice-Over: “Pembelajaran dimulai dengan video pengantar, diskusi kelompok, dan usulan belajar luar kelas.”

Scene 15: Diferensiasi Konten dan Lingkungan
Visual: Siswa belajar di dalam dan luar museum, mengakses e-modul.
Voice-Over: “Di museum, siswa mengakses e-modul interaktif dan belajar di lingkungan yang mereka pilih.”

Scene 16: Diferensiasi Proses dan Produk
Visual: Siswa membuat proyek, mempresentasikan hasil.
Voice-Over: “Siswa terlibat aktif selama kunjungan, lalu mempresentasikan hasil dengan cara masing-masing.”

Scene 17: Refleksi
Visual: Gita memimpin refleksi.
Audio: Pendapat siswa, orang tua, sejawat, dan kepala sekolah.

Scene 18: Penutup
Visual: Gita berdiri di depan kamera dengan latar buku perpustakaan
Audio : Demikianlah cerita prakti baik pembelajaran berdiferensiasi, semoga menginspirasi sesuai petuah Ki Hadjar Dewantara, Ing Ngarsa sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso. Bahwa pendidikan bukan hanya tentang oengetahuan tapi juga keteladanan.

#JamboreGTKHebat2024 #GTKInovatif #MerdekaBelajar #PendidikanInklusif #TransformasiPembelajaran #GuruInspiratif #KolaborasiGTK #PendidikanBerkualitas #BelajarBersama #InovasiPendidikan #praktikbaik #pembelajaranberdiferensiasi

show more

Share/Embed